KHAZANAH, LITERA TIMES – Sejarah munculnya terompet, topi kerucut, dan petasan dalam perayaan tahun baru Masehi memiliki catatan kelam di masa lalu.
Namun anehnya, anak-anak muda masa kini khususnya umat muslim tak jarang yang ikut merayakan malam pergantian tahun.
Bahkan, mereka larut dalam euforia aksi konvoi keliling kota dengan memakai kendaraan knalpot racing yang disengaja agar suaranya nyaring memekakkan telinga.
Aksi konvoi itu seakan menjadi agenda rutin tahunan dalam rangka menyemarakkan suasana malam pergantian tahun. Seolah menjadi budaya yang lazim diperingati oleh siapa saja, termasuk oleh kaum muslimin.
Perayaan tahun baru Masehi menjadi rutinitas masyarakat umum. Tak hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia dan bahkan di negeri-negeri muslim.
Namun sesungguhnya umat Islam sudah tertipu. Kali ini kita akan membahas masalah tahun baru, terompet dan topi kerucut serta kaitannya dengan budaya pagan, budaya “kafir”.
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (Hadits Riwayat Abu Dawud)